SEMBOYAN

{ KEMANDIRIAN, PENGETAHUAN, KERJA KERAS, OPTIMISTIS, AKUNTABEL & PROFESIONAL }

Friday, March 04, 2016

Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Lampung, Kamis (11/2/2016).

CNG.online: Lampung - Ada yang beda dalam kunjungan Presiden Joko Widodo ke Lampung, Kamis (11/2/2016). Jika biasanya Presiden Jokowi selalu mengajak wartawan Istana, dalam kunjungannya kali ini, tak satu jurnalis pun turut dalam rombongan. Satu-satunya yang diajak adalah wartawan dariBloomberg, sebuah media massa dari Amerika Serikat.

Setibanya di Lampung, Presiden mengajak wartawan dan kru media asing tersebut blusukan ke gudang lelang penjualan ikan. Saat blusukan itu, empat jurnalis dan kru asing yang berpakaian batik terus membuntuti Presiden.

Seusai blusukan, para jurnalis asing dalam rangkaian rombongan Presiden menuju Tol Trans-Sumatera ruas Sabah Balau, Lampung Selatan. Di proyek tersebut, saat Presiden mendapat pemaparan tentang pembangunan jalan tol, jurnalis dalam negeri diminta meliput dari jarak sekitar 15 meter, sementara seorang jurnalis asing yang membawa kamera video diperkenankan meliput dari dekat.

Tidak hanya itu, saat Presiden masuk ke kantor PT Waskita Karya, hanya jurnalis asing yang diperbolehkan masuk bersama Presiden. Sementara itu, media dalam negeri berada di luar. Namun, setelah sindiran dan keluhan dari sejumlah jurnalis lokal, seorang petugas meminta jurnalis asing tersebut keluar dan menunggu bersama.

Kedatangan Bloomberg ke Lampung ternyata sudah dirancang. Pasalnya, ada satu tempat khusus yang disediakan untuk wawancara eksklusif dengan media tersebut. Wawancara digelar di simpang susun Tol Trans-Sumatera ruas Sabah Balau. Sebuah panggung kecil berukuran 3 meter x 2 meter dengan tinggi sekitar 20 sentimeter disulap menjadi studio luar ruangan. Tiga kamera dipasang di berbagai sisi untuk merekam wawancara itu. Selama 25 menit, Presiden yang siang itu mengenakan baju putih menjawab pertanyaan presenter Bloomberg, Haslinda Amin, yang mengenakan pakaian merah.

Akibat jarak yang jauh, wartawan lokal tak bisa mendengar apa yang ditanya wartawan dan jawaban yang dilontarkan Presiden. Sesekali Presiden tampak menggerakkan tangannya, menunjukkan keseriusannya. Sesekali Presiden dan pewawancara terlihat tertawa.Seusai wawancara, Presiden mengajak Bloomberg melihat pemandangan pembangunan tol. Presiden cukup bangga dengan proyek nasional yang dikerjakan sejak ia menjabat. "Saya ingin tunjukkan pembangunan infrastruktur yang kita kerjakan ke negara-negara asing. Mereka harus tahu ada pembangunan Tol Trans-Sumatera, kereta cepat, tol laut, pembangunan jalur kereta di Sulawesi, pembangunan pembangkit listrik 35.000 megawatt, dan lainnya," katanya. Tujuannya agar negara asing percaya infrastruktur berjalan. "Kalau kepercayaan itu muncul, akan ada arus investasi masuk," kata Jokowi lagi.

Chris Brummitt, jurnalis Bloomberg yang ikut, mengaku tertarik dengan sosok Jokowi. Pasalnya, Jokowi dianggap berhasil memimpin Indonesia di tengah melemahnya perekonomian dunia dan Indonesia. Menurut rencana, wawancara itu ditayangkan sehari sebelum Presiden melawat ke AS, Minggu (14/2/2016).

Thursday, February 04, 2016

Regenerasi Saat Yang Tepat Untuk Kepemimpinan Partai Golkar, Senior Memberikan Nasihat Dan Pertimbangan.

CNG.online: Jakarta Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie dan Wakil Ketua Umum Golkar Agung Laksono melakukan pertemuan di kediaman Wakil Presiden Jusuf Kalla yang merupakan tokoh senior Golkar, kemarin.

Pertemuan dalam rangka silaturahim dan rekonsiliasi membahas kelanjutan persiapan musyarawah nasional luar biasa (munaslub).

Menurut JK, kepanitiaan munaslub disesuaikan dengan keputusan menteri hukum dan HAM atas dihidupkannya kembali kepengurusan Golkar hasil Munas Riau dengan posisi Ketua Umum Aburizal dengan wakil Agung.

"Akan segera dirapatkan di dewan pimpinan pusat (DPP), dengan posisinya ketua Pak ARB dan wakilnya Pak Agung. Sudah satu, tidak lagi kubu," kata dia di rumah dinas Wakil Presiden, Jakarta, kemarin.

Jusuf Kalla juga mengatakan sudah saatnya kepemimpinan Golkar dipegang generasi yang lebih muda, sedangkan para senior memberikan nasihat dan pertimbangan.

"Itu yang menjadi cita-cita kita sehingga di pusat dan daerah solid. Tidak ada grup- grup, DPP akan satu di Slipi," sambung JK.

Pada kesempatan yang sama, Ical--sapaan Aburizal--mengatakan pembicaraan mengenai munaslub secara teknis termasuk mengenai penyelenggaranya akan dirapatkan di DPP besok.

Menurutnya, saat ini harus ada konsolidasi terlebih dahulu.
Pandangan dan semangat rekonsiliasi juga dikatakan Agung Laksono bahwa keputusan menkum dan HAM akan dilaksanakan sebaik-baiknya.

Menurut Agung, semangat rekonsiliasi juga harus diwujudkan dengan merehabilitasi anggota DPP hasil Munas Riau yang sempat dipecat.

"Kita bersepakat untuk tidak melakukan tindakan pemecatan dan itu akan direhabilitasi dengan semangat dan dijalankan sesuai dengan agenda ketentuan organisasi," timpal dia.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Jakarta Yorrys Raweyai mengatakan sudah saatnya tokoh-tokoh senior Golkar membuka pintu politik bagi tokoh-tokoh muda.

"Bayangkan saat ini terdapat 60% pemilih adalah anak-anak muda dengan cara pandang yang beragam dan lebih cerdas. Golkar harus menjawab tantangan dan peluang ini," ujarnya.

Perubahan AD/ART
Selain memastikan panitia munaslub, JK mengatakan perlunya perubahan atas Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (AD/ART) Golkar.

JK tidak menjelaskan lebih lanjut apa saja perubahan yang dibutuhkan.
Namun, tujuannya, kata dia, supaya Golkar lebih demokratis.

"Pengalaman satu tahun terpecah, suara golkar turun di pemilu. Yang harus diperbaiki sistem dari Golkar sendiri bagaimana organisasi demokratis dan didukung keseluruhan. AD/ART akan mengalami perubahan untuk mempertegas persatuan dalam Golkar," terang Ketua Umum Golkar periode 2004-2009 itu.

Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung berharap ada perubahan kewenangan wantim dalam kepengurusan Golkar ke depan.

Ditegaskannya, saran dan masukan yang diberikan wantim dipertimbangkan DPP.
"Kalau ada orang DPP yang tidak memberikan apresiasi pada wantim, atau bahkan menegur saya, dia tidak paham betul fungsi wantim dan tidak membaca AD/ART partai," tandas Akbar.